CATATAN : untuk semua teman, silakan menyebarkan tulisan-tulisan saya ini, tetapi mohon etika akademiknya tetap dipakai. karena saya banyak menemukan teman-teman mencuplik begitu saja tanpa menyertakan dari mana tulisan itu diambil. SEKALI LAGI SAYA SANGAT TERSANJUNG DAN TERIMAKASIH BILA TULISAN-TULISAN SAYA DISEBARKAN, TETAPI MOHON JAGA ETIKA ILMIAHNYA DAN AKADEMIKNYA. Terimakasi TEMAN.
IKHLAS DALAM BERBUAT : Ikhlas bekerja itu ibarat sebuah fata-morgana. Jauh kelihatan indah namun dekat sungguh sulit di jalankan, tetapi ikhlas itulah yang membawa kita pada kemudahan untuk melangkah dan bekerja. Kalau hati kita sudah terbelsit ketidak-iklhasan seringan apapun pelerjaan itu akan tampak sulit, jangan dilihat apa yang kita kerjakan, tapi niatkan sebagi ibadah karena ikhlas kembalinya pada kita juga.
TUKANG KAYU DAN RUMAHNYA.
Huda adalah seorang pekerja yang luar biasa, prestasinya baik, hasil kerjanya juga baik. Ia adalah karyawan perusahaan pengembang perumahan di Mataram. Bosnya benar-benar menyayanginya.
Sudah puluhan tahun Huda menekuti profesinya itu, ia sebenarnya cukup senang dengan pekerjaannya itu, tetapi ia memutuskan untuk mandiri karena uang yang ia kumpulkan selama bekerja puluhan tahun sudah cukup untuk membuka usaha sendiri.
Suatu saat ia datang kepada Bos-nya, sebut saja Rofiq. Bosnya itu begitu menyayangi Huda. “assalamu’alaikum...” sambil mengetuk pintu ruangan Bos-nya, kalimat itu diucapkan....”oh...huda...walaikum salam, silakan masuk...duduk sini....” kata Pak Rofiq kepada Huda, mereka duduk berdampingan,tidak ada perbedaan antara Bos dan Anak Buah.
“ada apa Huda...”tanya pak Rofiq. Begini pak,mohon maaf sebelumnya, saya sangat mencintai bapak, saya sangat sayang perusahaan ini, tapi saya sudah tua pak, saya mau mandiri saja, insy”allah gaji dan bonus-bonus dari bapak selama bertahun-tahun ini sudah cukup untuk modal mandiri, sehingga saya mohon izin untuk keluar dari perusahaan bapak ini” terang Huda pada Rofiq. Seketika itu juga Rofiq hanya terdiam. Kemudian ia lantas berkata “oke pak Huda...saya sebenarnya berat untuk melepaskan bapak, saya masih butuh bapak untuk memajukan perusahaan ini, tetapi perkenankan saya sebelum bapak keluar dari perusahaan ini, tolong buatkan saya satu rumah dulu”
Ah.......gimana pak Rofiq ini, saya mau keluar malah dibebani untuk membuat rumah.... dengan menarik nafas panjang ia berguman seperti diatas. Kemudian Huda bilang. “oke pak kalau itu syarat dari bapak agar saya bisa keluar dari perusahaan ini, kapan saya mulai. Tanya Huda. “segera pak...sebab rumah itu akan segera di tempati oleh orangnya”. Terang Rofiq pada Huda.
Besoknya Huda sudah mulai bekerja, tetapi pekerjaannya tak seperti biasanya. Ia selalu berkeluh kesah, dan selalu bercerita pada pekerja yang lain. “gimana pak Rofiq ini, saya mau berhenti bekerja, tidak diberi hadiah apa-apa, padahal saya karyawan teladan malah saya di suruh bekerja membuat rumah” ia selalu mengerutu seperti itu terus. Hingga pekerjaan rumahnya asal-asalan, ia pilihkan kayu-kayu yang tak berkualitas, ia pilihkan bata-bata yang tak kuat, ia buat senak-nya rumah itu. Hingga suatu saat rumah itupun jadi. Lalu ia menyerahkan kunci rumah itu pada pak Rofik.
“pak Huda, terimakasih ya, telah membuatkan rumah sebagai pekerjaan terakhir bapak di perusahaan ini, tapi saya minta satu lagi pak ya...besok pagi jam 8 kita semua karyawan akan melepas dan pisah kenang dengan bapak, sehingga bapak dan keluarga harus datang tepat waktu ya” kata Pak Rofiq pada pak Huda. “iya pak...., kami akan datang” dengan suara agak dongkol ia katakan itu pada pak Rofiq.
Tiba hari itu, jam 8. Semua karyawan, Pak Rofiq dan Pak Huda beserta keluarganya berkumpul. Pak Rofiq berbicara, “semua karyawan-ku yang saya bangakan, hari ini kita kehilangan sosok pekerja yang luar biasa yaitu pak Huda, karena ia akan meningalkan perusahaan ini, saya tidak bisa memberikan apa-apa selain kunci rumah ini, rumah yang telah dibangun pak Huda pada akhir kerjanya”.
Tersentak seketika hati Huda,”subhanallah...ternyata rumah itu rumah hadiah untuk-ku, kalau mengerti seperti itu akan ku buat seindahnya rumah itu, akan ku pilihkan bahan-bahan yang baik untuk rumah itu”....Huda baru menyadari apa yang terjadi.
Hikmah.
Teman.
Semua pekerjaan yang kita kerjakan terlepas itu untuk kita atau untuk siapa, kembalinya akan pada kita juga. Jerih payah kita dalam bekerja tak akan pernah sia-sia, maka satu kunci jawabannya yaitu iklas. Bila kita bekerja secara ikhlas, maka kita akan mampu menorek prestasi yang luar biasa pada setiap pekerjaan kita. Namun bila hati kita sudah diliputi ketidak ikhlasan maka hasilnya pun tak akan sempurna.
Kisah dari Muazar Habibi, materi pelatihan Menguatkan Keikhlasan
IKHLAS DALAM BERBUAT : Ikhlas bekerja itu ibarat sebuah fata-morgana. Jauh kelihatan indah namun dekat sungguh sulit di jalankan, tetapi ikhlas itulah yang membawa kita pada kemudahan untuk melangkah dan bekerja. Kalau hati kita sudah terbelsit ketidak-iklhasan seringan apapun pelerjaan itu akan tampak sulit, jangan dilihat apa yang kita kerjakan, tapi niatkan sebagi ibadah karena ikhlas kembalinya pada kita juga.
TUKANG KAYU DAN RUMAHNYA.
Huda adalah seorang pekerja yang luar biasa, prestasinya baik, hasil kerjanya juga baik. Ia adalah karyawan perusahaan pengembang perumahan di Mataram. Bosnya benar-benar menyayanginya.
Sudah puluhan tahun Huda menekuti profesinya itu, ia sebenarnya cukup senang dengan pekerjaannya itu, tetapi ia memutuskan untuk mandiri karena uang yang ia kumpulkan selama bekerja puluhan tahun sudah cukup untuk membuka usaha sendiri.
Suatu saat ia datang kepada Bos-nya, sebut saja Rofiq. Bosnya itu begitu menyayangi Huda. “assalamu’alaikum...” sambil mengetuk pintu ruangan Bos-nya, kalimat itu diucapkan....”oh...huda...walaikum salam, silakan masuk...duduk sini....” kata Pak Rofiq kepada Huda, mereka duduk berdampingan,tidak ada perbedaan antara Bos dan Anak Buah.
“ada apa Huda...”tanya pak Rofiq. Begini pak,mohon maaf sebelumnya, saya sangat mencintai bapak, saya sangat sayang perusahaan ini, tapi saya sudah tua pak, saya mau mandiri saja, insy”allah gaji dan bonus-bonus dari bapak selama bertahun-tahun ini sudah cukup untuk modal mandiri, sehingga saya mohon izin untuk keluar dari perusahaan bapak ini” terang Huda pada Rofiq. Seketika itu juga Rofiq hanya terdiam. Kemudian ia lantas berkata “oke pak Huda...saya sebenarnya berat untuk melepaskan bapak, saya masih butuh bapak untuk memajukan perusahaan ini, tetapi perkenankan saya sebelum bapak keluar dari perusahaan ini, tolong buatkan saya satu rumah dulu”
Ah.......gimana pak Rofiq ini, saya mau keluar malah dibebani untuk membuat rumah.... dengan menarik nafas panjang ia berguman seperti diatas. Kemudian Huda bilang. “oke pak kalau itu syarat dari bapak agar saya bisa keluar dari perusahaan ini, kapan saya mulai. Tanya Huda. “segera pak...sebab rumah itu akan segera di tempati oleh orangnya”. Terang Rofiq pada Huda.
Besoknya Huda sudah mulai bekerja, tetapi pekerjaannya tak seperti biasanya. Ia selalu berkeluh kesah, dan selalu bercerita pada pekerja yang lain. “gimana pak Rofiq ini, saya mau berhenti bekerja, tidak diberi hadiah apa-apa, padahal saya karyawan teladan malah saya di suruh bekerja membuat rumah” ia selalu mengerutu seperti itu terus. Hingga pekerjaan rumahnya asal-asalan, ia pilihkan kayu-kayu yang tak berkualitas, ia pilihkan bata-bata yang tak kuat, ia buat senak-nya rumah itu. Hingga suatu saat rumah itupun jadi. Lalu ia menyerahkan kunci rumah itu pada pak Rofik.
“pak Huda, terimakasih ya, telah membuatkan rumah sebagai pekerjaan terakhir bapak di perusahaan ini, tapi saya minta satu lagi pak ya...besok pagi jam 8 kita semua karyawan akan melepas dan pisah kenang dengan bapak, sehingga bapak dan keluarga harus datang tepat waktu ya” kata Pak Rofiq pada pak Huda. “iya pak...., kami akan datang” dengan suara agak dongkol ia katakan itu pada pak Rofiq.
Tiba hari itu, jam 8. Semua karyawan, Pak Rofiq dan Pak Huda beserta keluarganya berkumpul. Pak Rofiq berbicara, “semua karyawan-ku yang saya bangakan, hari ini kita kehilangan sosok pekerja yang luar biasa yaitu pak Huda, karena ia akan meningalkan perusahaan ini, saya tidak bisa memberikan apa-apa selain kunci rumah ini, rumah yang telah dibangun pak Huda pada akhir kerjanya”.
Tersentak seketika hati Huda,”subhanallah...ternyata rumah itu rumah hadiah untuk-ku, kalau mengerti seperti itu akan ku buat seindahnya rumah itu, akan ku pilihkan bahan-bahan yang baik untuk rumah itu”....Huda baru menyadari apa yang terjadi.
Hikmah.
Teman.
Semua pekerjaan yang kita kerjakan terlepas itu untuk kita atau untuk siapa, kembalinya akan pada kita juga. Jerih payah kita dalam bekerja tak akan pernah sia-sia, maka satu kunci jawabannya yaitu iklas. Bila kita bekerja secara ikhlas, maka kita akan mampu menorek prestasi yang luar biasa pada setiap pekerjaan kita. Namun bila hati kita sudah diliputi ketidak ikhlasan maka hasilnya pun tak akan sempurna.
Kisah dari Muazar Habibi, materi pelatihan Menguatkan Keikhlasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkatalah Yang Baik Atau Diam.