Sebelum tahun 2006, hanya sedikit yang tahu bahwa Keith Elison--yang kemudian menjadi anggota legislatif dari Minnesota--adalah seorang muslim, karena namanya seperti nama orang Barat pada umumnya, tidak menggunakan nama islami. Dan tak seorang pun terpikir untuk menanyakan agamanya.
Tapi, ketika Ellison mengkampanyekan dirinya untuk meraih kursi di Dewan Perwakilan Rakyat AS, orang banyak mulai mengetahui bahwa Ellison adalah seorang muslim. Namun Ellison berhasil meraih dukungan suara yang mengantarnya menjadi anggota Kongres AS.
"Ketika saya mulai menjadi anggota Kongres, saya benar-benar terkesima karena begitu banyak orang yang kagum pada saya sebagai muslim pertama di AS yang menjadi anggota Kongres," kata Ellison yang bernaung di bawah Partai Demokrat, dan sudah tiga periode menjadi anggota Kongres AS.
"Tapi seseorang berkata pada saya, 'Lihatkan Keith (Ellison), bayangkan seorang asal Jepang yang menjadi anggota Kongres enam tahun setelah Pearl Harbour (peristiwa serangan Jepang ke basis militer AS di Pearl Harbour pada PD II)--ini baru namanya berita,'" ujarnya.
Meski sekarang semua orang sudah tahu keislaman Ellison, hanya sedikit orang yang mengetahui bagaimana ceritanya ia masuk Islam. Lahir dari kelurarga Katolik di Detroit, Ellison tumbuh dan mendapat pendidikan di sekolah Katolik. Namun, Ellison mengakui bahwa ia tidak pernah merasa nyaman dengan ajaran agama Katolik.
"Saya merasakan bahwa ajaran Katolik cuma ritual dan dogma. Tentu saja, itu bukan realita dari agama Katolik, tapi begitulah kenyataan yang saya jalani. Saya jadi kehilangan minat dan tidak mau lagi menghadiri misa kecuali saya diminta datang," tutur Ellison.
Saat menjadi mahasiswa di Wayne State University di Detroit, Ellison mulai mencari "sesuatu yang lain". Ellison memutuskan masuk Islam pada saat masih kuliah, tapi ia tidak bisa menjelaskan apa sebenarnya yang membuatnya memutuskan menjadi seorang muslim ketika itu. Ia hanya ingat, pada masa itu, ia mencoba mengikuti berbagai perkumpulan multi-nasional.
"Saya mungkin akan senang sekali mendengar seseorang yang benar-benar mengartikulasikan elemen-elemen yang membuatnya pindah keyakinan. Tapi saya tidak. Saya mencari tahu, dan berhasil, membuat saya terinsipirasi dan takjub, lalu saya menjadi seorang muslim dan berlanjut hingga sekarang," papar Ellison.
Tentu saja, lawan-lawan politik Ellison menjadi agama Ellison sebagai isu selama kampanye pemilu untuk anggota Kongres. Tapi ia melawannya dan mengingatkan lawan-lawan politiknya bahwa isu keislamannya tidak akan mempan untuk dijadikan komoditas politik karena yang namanya manusia tidak memiliki sifat benci semacam itu.
"Jika kalian muncul dan berkata 'pilihkan saya, karena saya bukan muslim seperti Ellison', maka sembilan dari sepuluh pemilih akan melihat bahwa tindakan itu adalah tindakan yang bodoh. Kampanye semacam itu sama sekali tidak membuat saya sakit hati. Tapi saya malah kasihan melihat orang-orang seperti itu," tukas Ellison.
Ellison menyatakan dirinya sudah mantap memeluk Islam. "Keyakinan dan identitas saya sebagai seorang muslim--Saya tidak pernah melihatnya sebagai sesuatu yang membuat pekerjaannya saya menjadi lebih berat. Itu cuma salah satu aspek dari diri saya. Sekarang waktunya kita masuk ke dalam kehidupan ini. Kita harus merespon realita yang terjadi di dunia dimana kita berada," tandas Ellison.
Ia mengakui bahwa keislamannya telah menjadikannya sebagai figur publik yang mendapat perhatian masyarakat Amerika. Tapi, dalam banyak hal, tidak semua orang bisa menerimanya.
Pada bulan Maret kemarin, ia memberikan pernyataan terhadap anggota Kongres Peter King dari Partai Republik yang menggagas rapat dengar pendapat tentang radikalisasi muslim di AS. Dalam rapat dengar pendapat Kongres yang disiarkan langsung di televisi, Ellison mengkritik gagasan King dan menantangnya untuk mengeksplorasi apa yang disebut King sebagai radikalisasi di kalangan komunitas Muslim AS.
Saat memberikan pandangannya, Ellison meneteskan air mata, dan dengan suara tersendat mengingatkan masyarakat AS peran komunitas Muslim di AS dalam upaya penyelamatan korban serangan 11 September 2001. Ia pun menegaskan, "Agama seharusnya menjadi jembatan, bukan dinding pemisah. Karena pada akhirnya, kita selayaknya memfokuskan diri pada apa yang Anda yakini, bukan apa agama Anda." (kw/isc)
sumber : erammusllim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkatalah Yang Baik Atau Diam.