“antara peningkatan prestasi akademik dan lunturnya hati nurani”
Alhamdulillah UN SMA dan SMP tahun 2012 sudah berlalu dengan lancar dan sesuai jadwal. Namun demikian, pelaksanaannya mendapat begitu banyak catatan dari berbagai macam pihak seperti praktisi pendidikan, guru dan insan media. Salah satu yang menjadi catatan adalah proses pelaksanaannya yang sangat jauh dari harapan bersama.
Alhamdulillah UN SMA dan SMP tahun 2012 sudah berlalu dengan lancar dan sesuai jadwal. Namun demikian, pelaksanaannya mendapat begitu banyak catatan dari berbagai macam pihak seperti praktisi pendidikan, guru dan insan media. Salah satu yang menjadi catatan adalah proses pelaksanaannya yang sangat jauh dari harapan bersama.
Peningkatan prestasi akademik yang
mejadi tujuan pelaksanaan UN tidak sepenuhnya dapat direalisasikan secara
moral. Pelaksanaanya yang sudah sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Pelaksanaan) tidak sepenuhnya bisa dijadikan standar peningkatan prestasi
akademik. Terbukti, dalam pelaksanaanya ada ratusan pengaduan resmi yang
diterima Kemendikbud terkait kecurangan pelaksanaan UN. Sungguh hal ini
merupakan kondisi yang memperihatinkan. Bagaimana tidak, institusi pendidikan
yang merupakan institusi pertama cermin moral dan akhlaq bangsa telah tercemari
muatan-muatan negatif kecurangan sebagai dampak ambisi pejabat bidang
pendidikan yang tidak ingin dicap tidak becus meningkatkan prestasi akademik
siswa. Padahal Pemerintah pusat telah mencanangkan gerakan Pendidikan
Berkarakter bagi seluruh siswa di Indonesia.
Pemandangan paradox semakin jelas
terlihat dengan semakin banyaknya data dan fakta tentang adanya keterlibatan
Guru dan stakeholder pendidikan dalam rangkaian panjang tindak kecurangan dalam
UN. Bukankah guru adalah benteng terakhir pertahanan moral dan akhlaq bangsa?
Jika guru juga telah tercemar virus-virus kecurangan maka bersiaplah akan
kehancuran bangsa Indonesia. Sungguh pemandangan yang membuat miris hati, lebih
khusus lagi bagi kami para pelaku pendidikan ketika menyaksikan kecurangan
tersebut juga sudah merambah sampai tingkat pendidikan dasar (Sekolah Dasar).
Lalu apa solusinya? Salah satu
solusinya adalah dengan melakukan revolusi pendidikan di Indonesia yaitu dengan
melakukan perombakan besar-besaran terhadap sistem dan pemangku kebijakan dalam
bidang pendidikan. Pendekatan “Top – down” dengan melakukan revolusi dari pusat
kebijakan dirasakan menjadi salah satu solusi yang paling tepat. Ketika kita
sudah memiliki sistem dan pemimpin yang melindungi azas luhur pendidikan
(kejujuran, tanggungjawab, setia pada hati nurani, dll) maka sangat mudah bagi
kita untuk meraih peningkatan prestasi akademik yang selama ini di
dengung-dengungkan.
Selain itu, proses pembelajaran
hendaknya diberikan perhatian yang lebih oleh pemerintah. Peningkatan tanggung
jawab guru, orang tua dan lingkungan belajar terhadap azas luhur pendidikan
juga harus sudah dibumikan sejak dini. Bukankah pendidikan adalah sebuah sistem
yang melibatkan begitu banyak komponen di dalamnya, sehingga tentu saja harus
memiliki kesamaan visi dan misi dalam membangun pendidikan Indonesia.
Akhirnya, selamat dan sukses Hari
Pendidikan Nasional 2012. semoga pendidikan Indonesia dapat bangkit dari
keterpurukan prestasi dan lebih penting lagi dapat bangkit dari keterpurukan
moral. Sudah saatnya kita selamatkan moral dan prestasi pelajar Indonesia dan
harapan itu masih ada.
Oleh : Kak Fitrah Saputra, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkatalah Yang Baik Atau Diam.