Semua orang pernah pasti pernah
melihat kartun lucu di televisi atau komik. Kartun memang seyogianya tercipta
untuk anak-anak dengan gambar yang lucu dan berbagai cerita ringan yang mudah
diterima anak. Kartun juga cepat sekali diserap oleh anak karena ceritanya yang
sesuai dengan alur logika dan bahkan seringkali ditiru. Hal tersebut disebabkan
karena kecenderungan secara terus-menerus untuk menonton kartun sehingga dapat
menjadi “makanan sehari-hari” untuk otak.
Nah, masalahnya adalah apa yang
sehari-hari diserap oleh anak-anak yang merupakan calon pejuang Islam ini? Apa
yang selama ini mereka tonton, mereka baca, dan mereka tiru dapat mengantarkan
mereka menjadi insan-insan pembela agama Allah yang rindu mati syahid atau
menjadi cendikiawan penyingkap ilmu yang digunakan untuk mensyukuri kebesaran
Allah?
Sebagian besar orang menganggap
bahwa hal tersebut merupakan hal yang simple, sepal, dan remeh. Tetapi siapa
sangka, bahwa hal yang sering dianggap sebelah mata tersebut ternyata dapat
menyebabkan kehancuran yang berdampak sistemik bagi pemikiran anak. Otak
manusia terutama anak-anak sangat mudah untuk menyerap informasi. Apapun yang
sering masuk ke otak, baik lewat tontonan, bacaan, musik, atau pun suara, akan
dapat mempengaruhi pemahaman, pemikiran, dan kepribadian. Anak yang sering
mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi akan menghasilkan
output yang berbeda dengan anak yang setiap harinya main game online
dan nonton televisi. Terkecuali apabila menonton televisi dan mainan game
yang bermuatan Islam dan tentunya tidak melalaikan dari kewajiban-kewajiban
sebagai umat Islam.
Muatan berbahaya yang diselipkan
dalam kartun untuk tontonan dan bacaan anak, di antaranya adalah:
1. Kekerasan (Violence)
Seringkali tontonan dan komik
bergambar kartun memuat unsur kekerasan dan kriminalitas. Contohnya adalah
Tom and Jerry yang selalu berkelahi dan memuat unsur perpecahan.
Ada juga tokoh-tokoh pada kartun
bermandikan darah, saling memukul, membunuh, dan menghancurkan seperti One
Piece, Naruto, Bleach, dan lainnya. Adegan-adegan mengerikan tersebut dengan
cepat diserap oleh otak anak dan otak pun akan memberikan stimulus untuk
melakukan hal yang serupa dengan adegan yang telah diperhatikan tersebut. Hal
ini tercermin dari kasus anak yang meniru gulat SmackDown dengan
menindih temannya sendiri melalui tontonan kartun SmackDown melalui internet.
Tayangan SmackDown boleh
dibilang efektif merangsang ‘insting binatang’ dari manusia. Pakar pendidikan
Arief Rachman menuturkan adegan kekerasan yang ditayangkan televisi sangat
efektif merangsang insting manusia yang paling rendah yang menyamai binatang.
“Insting ini yang paling berbahaya,” katanya. (Koran Tempo, 29 November
2006).
2. Racun-racun sekuler
Sekuler merupakan paham yang
memisahkan agama dari kehidupan dunia. Hal ini justru sangat bertentangan
dengan ajaran agama Islam yang mengatur manusia secara kaffah (menyeluruh).
Kartun pada tontonan dan bacaan anak seolah berlomba memberikan hidangan gaya
hidup yang permisif dan hedonis. Di dalamnya seringkali terdapat adegan yang
memperlihatkan unsur-unsur keterbukaan dalam pakaian, freesex,
homoseksual, lesbian, gaya hidup barat, dan liberalisme. Kartun pun sangat
mudah untuk didapatkan dan ditonton, misalnya melalui televisi, situs online,
penjualan bebas, persewaan buku, dan download internet. Contoh kartun
yang memperlihatkan sisi liberalism ada banyak, salah satunya adalah SpongeBob
Squarepants. Di salah satu serial ceritanya, mengisahkan tentang SpongeBob dan
Patrick yang menjadi orangtua untuk mengurus kerang kecil. SpongeBob menjadi
ibunya dan Patrick menjadi ayahnya. Secara tidak langsung, dalam serial kartun
ini menyelipkan tentang pelegalan dalam homoseksual. Serial anime atau manga
pun selalu berisi gambar adegan ciuman dan keterbukaan aurat.
Tanpa disadari, tunas-tunas revolusi
bangsa sudah “disuapi” dengan virus sekuler di saat ayah dan ibu bekerja.
Seringkali orangtua tidak menyadari akan hal yang tersembunyi di balik
“jajanan” untuk otak anak mereka. Kartun yang dianggap sebagai tontonan yang
aman ternyata merupakan virus berbahaya yang bisa mengubah pemikiran dan
pengembangan diri anak. Untuk itu, orang tua harus lebih selektif dalam
menentukan tontonan dan bacaan yang terbaik untuk anak. Perkuat pertahanan
dengan membina anak menjadi pejuang Islam dengan syariah Islam.
“Didiklah anak-anakmu dengan tiga
perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahlul baitnya, dan membaca Al-Qur’an
karena orang-orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lindungan
singgasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain daripada
perlindungan- Nya, mereka beserta para nabiNya dan orang-orang suci”. (HR ath Thabrani).
Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya
menjadi anak yang shalih dan shalihah. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus
ada upaya keras dari orangtua dalam mendidik anak. Salah satu hal yang wajib
diajarkan kepada anak adalah Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup manusia.
Selain itu, perkuatlah anak dengan bacaan dan tontonan tentang kisah Nabi, perang
suci dan jihad, propaganda anti Barat dan hal-hal yang mengandung unsur Islami
lainnya. Jadikan anak sebagai generasi Islam yang bermental baja dan mampu
berjuang untuk agama, bangsa, dan negara.
Sumber : dakwatuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkatalah Yang Baik Atau Diam.