Oleh : Nasril Zainun
Ada empat ayat Alquran yang mengungkapkan dua kali kasus gempa bumi dalam kurun waktu berbeda di masa lampau, yang meluluhlantakkan negeri dan umat yang ditimpanya. Tidak kurang dari kedahsyatan kasus gempa bumi yang terjadi saat ini. Dua dari empat ayat yang mengungkapkan kasus gempa itu terdapat dalam surat Al-A'raf dengan lafaz yang sama, masing-masingnya ayat 78 tentang kasus gempa yang menimpa umat Nabi Shaleh dan ayat 91 yang menunjuk kasus gempa yang dialami umat Nabi Syuaib. Firman Allah SWT, ''Lalu, mereka dibinasakan oleh gempa bumi sehingga pagi harinya mereka bergelimpangan dalam rumahnya.''
Tidak jauh beda dari kedua ayat di atas, surat Hud ayat 67 kembali menunjuk kasus gempa yang menimpa umat Nabi Shaleh. Firman-Nya, ''Dan, orang-orang yang aniaya itu ditimpa suara gemuruh, lalu mereka bergelimpangan dalam rumahnya.'' Kemudian Surat Al-'Ankabut ayat 37 mengungkapkan kasus gempa yang dialami umat Nabi Syuaib. Firman-Nya, ''Lalu mereka mendustakannya (Syuaib), kemudian mereka disiksa dengan gempa raya, lalu di pagi hari mereka bergelimpangan dalam rumahnya.''
Empat ayat Alquran di atas selayaknyalah mengundang manusia (terutama Muslim) agar melirik kasus gempa sebagai sebuah 'ibrah (pelajaran). Paling tidak, ada tiga hal yang dapat dilihat.
Pertama, kasus gempa bumi bukan hanya terjadi sekarang, tapi telah terjadi di masa lampau dan mungkin akan terjadi lagi di masa datang. Pengetahuan seperti itu membuka peluang kepada manusia untuk meningkatkan kehati-hatian dan bahkan mendeteksi saat-saat akan terjadinya gempa sebagai upaya menghindari bahaya yang lebih fatal.
Kedua, gempa bumi mutlak terjadi atas kehendak Yang Maha Kuasa (Allah SWT). Kendati menurut teori para ahli dan ilmuwan disebabkan gunung meletus atau pergeseran lempeng bumi dan sebagainya, semua itu tidak lain dari kehendak-Nya. Gempa bumi terjadi di luar kemampuan manusia atau makhluk lainnya.
Ketiga, kasus gempa bumi di zaman Nabi Shaleh dan Nabi Syuaib ternyata berhubungan dengan sikap umat yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya. Hal ini bukan hanya membuat kita terpukul oleh musibah gempa, namun juga mengharuskan kita melakukan koreksi diri. Pertanyaannya, dosa apa yang telah kita lakukan sehingga Allah SWT Yang Maha Kuasa menakdirkan terjadinya gempa yang menghancurkan kota dan desa serta menewaskan manusia banyak?
Sebagai manusia lemah kita semua mutlak berserah diri kepada Yang Maha Kuasa. Harapan kita, gempa bumi yang telah terjadi dapat dilalui dengan penuh kesabaran dan menjadi sebuah bahan koreksi diri. Berlindung kita kepada-Nya dari sifat berputus asa dari rahmat-Nya.
Semoga gempa bumi yang menimpa bangsa ini tidak berulang lagi. Lebih dari itu, mudah-mudahan kasus gempa itu bukan karena kesalahan manusia, tetapi murni sebagai cobaan. Sebab, kita juga menemui hadis Rasulullah SAW, ''Umatku ini dirahmati Allah dan tidak disiksa di akhirat, akan tetapi siksaan mereka di dunia berupa fitnah-fitnah, gempa bumi, peperangan, dan musibah-musibah.'' (HR Abu Daud). Wallahu a'lam.
Sabtu, 06 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkatalah Yang Baik Atau Diam.