Bulan Dzul-hijjah termasuk dalam empat bulan yang dimuliakan Allah. Didalamnya terdapat berbagai peristiwa bersejarah yang patut untuk direnungkan bersama. Di dalam bulan ini, jutaan kaum muslimin datang dari segala arah untuk melaksanakan ibadah haji di tanah suci, Makkah. Mereka merekonstruksi sejarah yang pernah dilakonkan oleh bapak tauhid, Ibrahim bersama keluarganya.
Pun bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Dzul-hijjah atau hari 'Arafah. Sedang pada keesokan harinya, sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat 'Idul Adh-ha dan berqurban, menyembelih hewan ternak.
Begitu pentingnya hari-hari awal bulan Dzul-hijjah bisa kita lihat dari beberapa catatan sejarah yang dinukil berikut ini.
Pada tanggal 1 Dzul-hijjah, Allah swt mengampuni dosa-dosa Nabi Adam setelah melakukan kekhilafan. Ketika itu Nabi Adam tergoda oleh rayuan Iblis sehingga ia bersama istrinya memakan buah terlarang. Sebagai sanksinya, Adam diusir dari surga dan diturunkan ke bumi.
Nabi Adam segera menyadari kesalahannya, maka iapun meminta ampun kepada Allah atas segala dosanya. Doa yang dimunajatkan Adam sangat terkenal hingga diabadikan dalam al-Qur'an dan diwiridkan kaum muslimin hingga sekarang. Doa itu adalah:
"Ya Rabb kami, kami telah berbuat zhalim kepada diri kami sendiri. Jika tidak Engkau ampuni dan Engkau kasihi kami, maka jadilah kami orang-orang yang merugi." QS al-A'raaf: 23)
Tanggal 2 Dzul-hijjah, Allah swt mengabulkan doa Nabi Yunus pada saat ia berada di rongga perut ikan paus.
Sebagai nabi, Yunus tak bosan-bosannya menyampaikan risalah kepada ummatnya. Tapi kenyataan berbicara lain, tak satupun di antara mereka yang menerimanya. Padahal Nabi Yunus sudah memberikan ancaman berupa adzab dari Allah SWT.
Dalam suasana hati yang kalut, ia berniat meninggalkan kaumnya. Iapun mengembara sampai pada akhirnya tiba di suatu pantai. Di sana ia melihat ada perahu layar, dan iapun menumpangnya. Nabi Yunus sangat terhibur dalam perjalanan yang menyenangkan ini. Apalagi pemilik perahu dan penumpang lain menyambutnya dengan ramah-tamah.
Di tengah perjalanan Allah swt membuat ketentuan lain. Angin topan bertiup secara tiba-tiba, membuat perahu oleng. Disepakati oleh nahkoda untuk mengurangi beban. Pertama dengan membuang semua barang bawaan, tapi perahu masih tetap oleng. Maka langkah selanjutnya adalah mengurangi penumpang. Untuk itu perlu diundi, siapa yang harus dilempar ke tengah laut. Nasib jualah yang menentukan bahwa Yunus harus dibuang. Dalam kegelapan malam, di tengah ombak dan gelombang besar, ia ditelan ikan yang sangat besar. Namun rupanya Allah masih berkehendak untuk menyelamatkan jiwanya. Iapun masih bisa bernafas walau dalam rongga perut ikan. Pada saat itulah ia berdoa kepada Allah:
"Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." QS al-Anbiya: 87)
Tanggal 3 Dzul-hijjah Allah mengabulkan do'a Nabi Zakariya yang menginginkan seorang putera. Pada saat itu umur Nabi Zakariya sudah sangat tua, 90 tahun. Hampir saja ia putus asa menunggu kehadiran seorang bayi dari darahnya sendiri. Akan tetapi setelah mengetahui putra angkatnya, Maryam mendapatkan rezeki langsung yang turun dari langit, iapun tergugah untuk mendapatkan hal yang sama. Ia berpikir, bukankah Allah tidak terikat hukum kausalitas. Jika Dia berkehendak, apapun pasti terjadi.
Dorongan mempunyai anak itu bertambah besar, tiada malam yang dilewatkan tanpa munajat kepada Allah swt. Ada satu doa yang diulang-ulang pada setiap munajatnya :
"Ya Allah, janganlah Engkau tinggalkan aku seorang diri (tanpa keturunan), sedangkan Engkaulah sebaik-baik pewaris." (QS al-Anbiya:89)
Ketekunan Zakariya tidak sia-sia. Allah mengutus malaikat datang menemuinya untuk memberi kabar gembira bahwa Allah akan memberikan keturunan kepadanya. Malaikat berkata kepada Zakariya :
"Wahai Zakariya, sesungguhnya Allah memberikan kabar gembira kepadamu, bahwa Dia akan memberimu seorang putera yang diberi nama Yahya, yang belum pernah diberikan kepada siapapun nama itu." (QS:Maryam :7)
Mendengar kabar ini Zakariya gugup. Dengan penuh keheranan ia bertanya (ayat selanjutnya), "Bagaimana mungkin aku yang setua ini mendapatkan seorang putra, sedangkan istriku juga mandul?"
Malaikat kemudian meyakinkan, "Bukankah Allah yang menciptakan kamu, tentu Dia mampu pula memberimu seorang putra."
Agar hatinya tenang, Nabi Zakariya minta diberi tanda-tanda. Dalam hal ini Malaikat kemudian berkata, "Sebagai tandanya kamu tidak dapat berbicara dengan orang lain selama tiga hari, selama itu kamu dapat memberi isyarat saja." Dan setelah itu benar-benar terlahir putranya,Yahya.
Tanggal 4 Dzulhijah Nabi Isa dilahirkan. Kelahiran Nabi Isa telah menggegerkan kaumnya, sebab ia lahir tidak seperti bayi-bayi pada umumnya. Ia lahir dari rahim seorang ibu yang masih perawan, yaitu bunda Maryam.
Sejak awal Maryam sangat gelisah akan keadaannya, tapi Malaikat selalu menghiburnya. Pada saat-saat menjelang kelahiran putranya, kegelisahan itu memuncak menjadi tekanan batin yang luar biasa. Tapi Allah tidak terlambat memberi hiburan kepadanya. Dalam hal ini Jibril datang sambil menyeru dari tempat yang rendah, "Sedikitpun janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak bagimu. Maka makan minumlah dan senangkanlah hatimu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernadzar kepada Tuhanku Yang Maha Pemurah untuk tidak berbicara dengan seorangpun pada hari ini.'"(QS Maryam: 24-26)
Setelah Isa lahir, bunda Maryam berketetapan hati untuk kembali ke kampung halamannya. Ia pulang dengan keyakinan yang mantap dan mental yang kuat untuk menghadapi tuduhan-tuduhan kaumnya yang sangat menyakitkan. Tuduhan itu memang benar-benar terjadi. Sebagaimana yang diabadikan dalam al-Qur'an, mereka berkata, "Hai Maryam, sungguh kamu telah melakukan suatu yang tercela. Hai putra Harun, ayahmu itu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu bukanlah seorang pezina."
Menghadapi cercaan ini, Maryam hanya memberi isyarat kepada bayinya. Kali ini sang bayi membuat geger untuk kedua kalinya. Bayi yang masih digendongan itu ternyata bisa memberi jawaban :
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi." (QS Maryam: 30)
Sejak saat itu kelahiran Nabi Isa menjadi buah bibir hingga sekarang. Sebagian mengakui bahwa Isa lahir sebagai anak jadah, sedang yang lain menganggap Isa adalah anak Tuhan yang diturunkan di bumi sebagai juru selamat. Hanya kaum muslimin yang diberi petunjuk oleh Allah yang tetap meyakini bahwa Isa adalah manusia biasa, meskipun lahir tanpa ayah. Bukankah Adam lahir tanpa ibu dan ayah? Bukankah Hawa lahir tanpa ibu? Ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi mereka yang mau berfikir.
Tanggal 5 Dzul-hijjah, Nabi Musa dilahirkan. Ia terlahir di tengah ancaman Fir'aun yang hendak membunuh semua bayi lelaki. Menurut estimasi Fir'aun berdasar ramalan penasehat raja, bayi lelaki yang lahir saat itu bakal menjadi ancaman kerajaan.
Allah swt tidak pernah kalah menghadapi makar siapapun juga. Untuk itu, Allah memberikan ilham kepada ibu Musa agar menghanyutkan bayi lelaki itu di sungai Nil dengan diawasi saudara perempuannya dari jauh. Betapa terkejutnya setelah diketahui bahwa peti bayi itu berhenti di tempat pemandian keluarga Fir'aun.
Pada saat itu istri Fir'aun sedang mandi. Demi melihat peti itu hatinya tertarik untuk mengambilnya. Terbelalaklah ia setelah peti dibuka ternyata berisi bayi yang mungil. Fir'aun dan istrinya sama-sama senang kepada bayi itu.
Keajaiban kembali datang setelah istri Fir'aun mencari perempuan yang mau menyusui bayi yang baru ditemukan. Banyak perempuan yang bersedia tapi justru bayi itu yang menolak. Ia hanya mau disusui oleh satu perempuan, yang kemudian perempuan itu adalah ibu kandungnya sendiri. Bayi ini tumbuh berkembang di kalangan istana, dan kemudian dewasa menentang ayah angkatnya yang angkuh sombong dan memindas rakyatnya.
Tanggal 6 Dzulhijah Allah membuka pintu kebajikan bagi nabi-Nya, sedang tanggal 7 Dzulhijah pintu neraka dikunci sampai lewat tanggal 10. Dua hal ini merupakan harapan setiap orang, yaitu masuk surga dan terhindar dari siksa neraka.
Tanggal 8 Dzulhijah Nabi Ibrahim bermimpi mendapat perintah supaya menyembelih anaknya, Ismail. Sehari itu ia berpikir-pikir apakah perintah itu dari Allah atau dari syetan. Karenanya hari itu disebut hari tarwiyah (pikir-pikir).
Tanggal 9 Dzulhijah Nabi Ibrahim diberi tahu oleh Allah bahwa perintah itu datang dari-Nya, bukan dari syetan. Justru karena itu hari itu disebut hari 'Arafah (hari tahu). Setelah mengetahui bahwa itu perintah dari Allah, maka Ibrahim bersegera mendatangi anaknya untuk meminta pendapatnya. Alangkah terkejutnya setelah anak tersebut memberi jawaban yang sangat menggembirakan sekaligus mengharukan. Kejadian ini diabadikan dalam al-Qur'an :
"Wahai putraku, sesungguhnya aku bermimpi seolah-olah aku menyembelihmu, maka pikirkanlah pendapatmu. Ia (Ismail) berkata, 'Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan itu, insya-Allah engkau dapati aku akan bersabar.'" (QS ash-Shaaffat: 102)
Pada tanggal yang sama Allah swt menurunkan wahyu terakhir kepada Rasulullah saw. Saat itu beliau sedang di atas kendaraannya. Segera ayat itu disampaikan kepada ummatnya. Abu Bakar menangis karena ia tahu bahwa tugas Rasulullah sudah paripurna, yang tentu saja akan segera kembali menghadap kepada-Nya. Ayat itu adalah :
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhai Islam sebagai agama kalian." (QS Maa-idah: 3)
Tanggal 10 Dzulhijah, adalah hari 'Idul Adh-ha (qurban), dinamakan juga hari Nahar (menyembelih). Pada hari ini ummat Islam diharamkan puasa, tapi dianjurkan melaksanakan shalat 'Idul Adh-ha, dan menyembelih qurban. Semoga kita bisa melaksanakannya.
Semoga Bermanfaat.
Sekian.
Senin, 08 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkatalah Yang Baik Atau Diam.