Oleh : KH Didin Hafidhuddin
Allah SWT berfirman, ''Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (menjadi orang musyrik). Yaitu, orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi golongan-golongan yang banyak. Tiap-tiap golongan berbangga-bangga terhadap apa yang ada pada mereka.'' (Ar-Ruum 31-32). Dalam perspektif ajaran Islam, kemusyrikan termasuk kategori paling besar dosanya. Bahkan, jika terbawa mati, Allah SWT tidak akan mengampuninya. Firman-Nya, ''Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia akan mengampuni dosa yang selainnya, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar.'' (An-Nisaa' 48).
Perbuatan syirik pun akan menghapuskan dan membatalkan pahala amal perbuatan baik yang sudah dilakukan, seperti shalat, zakat, infak, ibadah haji, maupun ibadah-ibadah yang lainnya. Hal ini seperti sebagaimana firman Allah SWT, ''Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, 'Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur'.'' (Az-Zumar 65-66).
Kemusyrikan mempunyai makna mengakui dan meyakini adanya kekuatan yang menyamai Allah (andad), baik dalam bentuk benda-benda seperti benda-benda keramat, batu-batuan yang disembah dan yang dijadikan jimat-jimat, kepercayaan kepada tahayul dan sihir-sihir dalam berbagai bentuknya yang sangat berbahaya, kepercayaan dan keyakinan pada ramalan nasib atau juga kepercayaan dan keyakinan pada paham dan aliran (isme-isme) yang nyata-nyata bertentangan secara diametral dengan ajaran Islam. Semua itu kini semakin merajalela di tengah-tengah masyarakat.
Tentu kondisi ini akan merusak akidah Islamiyah, sekaligus melemahkan semangat dan etos kerja. Tetapi, terdapat juga bentuk kemusyrikan yang lain, seperti dikemukakan dalam surat Ar-Ruum ayat 31 dan 32 di atas. Yaitu, berpecah belah dalam beragama sehingga menjadi berbagai macam kelompok yang saling menghujat, menghina, dan menyalahkan, disertai kesombongan yang luar biasa dalam bentuk golongannya sendiri yang merasa benar. Kelompok dan golongan lain dihina dan dilecehkannya serta dianggap memiliki kesalahan dan kelemahan yang fatal.
Fenomena itu kini mulai marak kembali di tengah masyarakat Muslim, dalam bentuk perpecahan dalam internal kelompok masing-masing yang sangat dahsyat, hanya karena rebutan dalam suatu jabatan. Sehingga, mereka tidak segan-segan untuk saling membuka aurat dan kesalahan di depan publik, bahkan saling melaporkan untuk kemudian saling menjatuhkan.
Kita berharap fenomena ini akan segera diakhiri dengan mengedepankan ukhuwah Islamiyyah dan husnuzzon. Sehingga, kekuatan umat dapat segera dibangun kembali, dan kita semuanya dipelihara dari berbagai macam kemusyrikan yang akan menjatuhkan dan mencelakakan di dunia maupun di akhirat nanti.
republika
Kamis, 04 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkatalah Yang Baik Atau Diam.