Kebahagiaan tertinggi yang akan dialami manusia ialah ketika dia masuk kedalam surga kemudian medapatkan salam dari Tuhan, salaamun qawl-an mir rabb-i'l-rahiim "salam sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha kasih". Disitu ada kaitan antara salam dengan rahmah. Allah mengucapkan salam karena Dia Maha Kasih dan Rahmah. Itulah sifat Allah yaang paling banyak disebut dalam AlQuran dan wacana keagamaan.
Dalam alQuran disebutkan bahwa satu-satunya sifat Allah yang diwajibkan atas dirinya adalah rahmah.
Wakataba 'alaa nafs-ihi 'l-rahmah, artinya, "Allah mewajibjkan atas diri-Nya sifat rahmah". Rahmah atau kasih Allah itu meliputi segala sesuatu. Sama dengan Ilmu. Ada dua sifat Allah yang dinyatakan meliputi segala sesuatu : Rahmah dan Ilmu
Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu (QS 7:56)
Rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu(QS 40:8)
Secara sempurna sifat-sifat Allah terkumpull dalam al-asmaa al-husnaa sebanyak 99. Itulah deretan sifat-sifat Allah. Sifat-sifat itu mencakup bahasa sehari-hari kita - watak ekstrim kanan sampai watak ekstrim kiri, sifat ekstrim misalnya kita ambil yang serba keras, Allah itu Jabbaar (pemaksa), Qahhaar (diktator, hampir-hampir tiran), mutakabbir (sombong) dan dzuntiqaam (pendendam). Tetapi disisi lain sifat Allah lunak dan lembut, misalnya Waduud (santun), Rahiim (pengasih), Ghaffaar (pengampun) dan seterusnya.
Mengapa ada sifat-sifat yang bertentangan seperti itu?
Karena Allah adalah zat yang Maha Tinggi yang tidak dapat digambarkan. Gambaran apapun pasti kurang. Kalau gambaran kita kepda Allah hanya sebatas zat yang Maha Pengampun dan Penyayang saja maka berbahaya. Kita akan menganggap Allah biasa-biasa saja. Kemudian kita menjadi sembrono. Kita akan mengalami kelembekan moral. Karena kita beranggapan bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan diampuni oleh Allah.
Tetapi sebaliknya, kalu kita menghayati Allah hanya sebagai zat yang serba keras: jabbaar, mutakabbir, qahhaar dan dzuntiqaam, maka kita akan kehilangan harapan (pesimis) kepada Allah. Itu pun suatu malapetaka keruhanian.
Karena itu al-Quran mengatakan "serulah Allah dengan harap-harap cemas (khawf-an wa thama'-an)". Jangan memastikan ampunan Allah, tapi juga jangan putus asa dari kemungkinan diampuni Allah. Makanya dalam suatu ayat sifat itu dikumpulkan sekaligus:
"Kabarkanlah kepada hamba-hambaku, bahwa sesungguhnya Aku lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih"(QS 15:49-50)
Al-Quran secara khusus menyuruh kita meniru Allah dengan al-asmaa al-husna -Nya.
Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa ul husna itu (QS 7:80).
Kalau kita mengalami kesulitan untuk menghayati keseluruhan sifat Allah, maka pilihlah satu sifat saja yang tanpa resiko terlalu besar, yaitu sifat rahmat. Tirulah rahmat Allah. Hadist Nabi Muhammad saw. menyebutkan:
Orang-orang yang menunjukkan cinta kasih kepada sesamanya itu akan dicintai oleh Dia Yang Maha Kasih.
Cintailah mereka yang ada di bumi, maka Allah yang di langit akan mencintai kamu.
Beberapa kitab tafsir menjelaskan makna al-rahman adalah maha kasih didunia. Secara puitis al-rahmaan adalah Maha Kasih tanpa pilih kasih. Artinya biarpun hamba Nya kafir, Allah masih tetap kasih kepada mereka, Lihatlah, betapa banyak orang yang tiap hari menentang Tuhan, tetapi hidupnya sangat menyenangkan, karena kasih Allah. Ini semua terkait dengan pengetahuan dan pemahaman kita terhadap lingkungan kita.
Misalnya, nikmat kesehatan, sebagai bentuk dari rahmat Allah pada kita, tidak tergantung pada iman kita, Tidak tergantung kepada ibadah kita, tidak tergantung kepada kesalahan kita, tetapi tergantung pada seberapa jauh kita mengetahui masalah-masalah kesehatan.
Sedangkan al-rahiim adalah sifat Allah yang maha kasih di akhirat. Maka kasih Allah sebagai al-rahiim adalah atas dasar pertimbangan keimanan. Orang yang beriman akan mendapatkan rahmat Allah sebagai al-rahiim, tetapi yang tidak beriman tidak dapat. Suatu kasih yang dipertimbangkan.
Supaya berhasil meraih rahmat Allah sebagai al-rahmaan kita harus tahu syarat-syarat ilmiah sesuai dengan hukum yang berlaku di dunia ini, baik mengenai benda alam maupun pergaulan sosial manusia. Kemudian sebagai orang yang mendambakan kasih Allah di akhirat, jangan hanya dunia, maka kita harus meraih rahmat Allah sebagai al-rahiim. Setiap pekerjaan harus dilakukan dengan sepenuh pertimbangan akhlaq dan moral, suatu kualitas yang sangkut pautnya dengan masalah pahala dan dosa.
serulah Allah dengan harap-harap cemas
Senin, 01 November 2010
Hati-hati Dengan Ampunan Allah Dan Adzab Allah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkatalah Yang Baik Atau Diam.