Iqro Club Mataram, The New Moslem Generation
iqro club kota mataram. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh, Selamat Membaca Artikel IC Mataram

Rabu, 25 Mei 2011

Walk The Talk


Penulis: Abu Sayyeed

Sukses itu sudah ada resepnya, tinggal bagaimana kita berani memulai untuk mencoba resep tersebut. Seperti saat membuat agar-agar, maka dengan berlatih dan terus mencoba akan memperlezat agar-agar yang kita buat.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, "Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan".

Menyimak ayat al-Quran di atas, sebenarnya kita sudah di-"guide" oleh Yang Maha Kuasa untuk selalu menjadi orang yang sesuai antara perkataan dan perbuatan. Tidak satunya kata dan amal akan mendatangkan murka dari Allah SWT. Jadi sebenarnya kita dituntut untuk selalu memperhatikan apakah sudah sesuai antara perkataan dengan amal perbuatan kita.

Bicara itu mudah, tetapi melakukan itu lebih sulit. Dan kebanyakan orang hanya pandai bicara, padahal salah satu kunci sukses adalah dengan melakukan apa yang dikatakan (diimpikan). Menurut Ken Melrose dalam bukunya Making the Grass Greener on Your Side mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah cukup hanya dengan membaca buku dan menghadiri seminar terkini tanpa mengamalkannya. Namun seorang pemimpin harus jujur pada dirinya, membumi dan "melakukan apa yang dikatakan" (Walk the Talk) setiap hari.

Kejujuran Dalam al-Qur'an

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pak Ustadz, saya mau tanya tentang dasar2 aspek JUJUR dalam berkehidupan sehari2, baik dari Al-Quran maupun As-Sunnah. Karena saya mengamati kok negara2 islam banyak yang bersikap tidak jujur dalam berkehidupan sosial tidak seperti kebanyakan orang2 di negara2 maju. Seperti misalnya, dalam menjalankan roda pemerintahan dalam hal pelayanan masyarakat, banyak kasus yang tidak memperhatikan aspek kejujuran.

Atas jawabannya, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum,

Bunga Cantik di Tengah Padang Rumput

Bunga Cantik di Tengah Padang Rumput


Siapa di antara anda yang belum pernah mendengar pepatah yang mengatakan “Tak kenal maka tak cinta?”. Tentu semuanya sudah pernah mendengarnya, baik pada waktu pelajaran peribahasa di Mata Ajaran Bahasa Indonesia atau dalam pergaulan sehari-hari karena pepatah ini kerap kali digunakan orang. Sekarang, malah ada sedikit perubahan dan penambahan kata dalam pepatah tersebut. Yaitu menjadi "Tak Kenal Maka TaÂ’aruf."

Senin, 16 Mei 2011

IKHLAS DALAM BERBUAT


CATATAN : untuk semua teman, silakan menyebarkan tulisan-tulisan saya ini, tetapi mohon etika akademiknya tetap dipakai. karena saya banyak menemukan teman-teman mencuplik begitu saja tanpa menyertakan dari mana tulisan itu diambil. SEKALI LAGI SAYA SANGAT TERSANJUNG DAN TERIMAKASIH BILA TULISAN-TULISAN SAYA DISEBARKAN, TETAPI MOHON JAGA ETIKA ILMIAHNYA DAN AKADEMIKNYA. Terimakasi TEMAN.


IKHLAS DALAM BERBUAT : Ikhlas bekerja itu ibarat sebuah fata-morgana. Jauh kelihatan indah namun dekat sungguh sulit di jalankan, tetapi ikhlas itulah yang membawa kita pada kemudahan untuk melangkah dan bekerja. Kalau hati kita sudah terbelsit ketidak-iklhasan seringan apapun pelerjaan itu akan tampak sulit, jangan dilihat apa yang kita kerjakan, tapi niatkan sebagi ibadah karena ikhlas kembalinya pada kita juga.

TUKANG KAYU DAN RUMAHNYA.


Huda adalah seorang pekerja yang luar biasa, prestasinya baik, hasil kerjanya juga baik. Ia adalah karyawan perusahaan pengembang perumahan di Mataram. Bosnya benar-benar menyayanginya.

Sudah puluhan tahun Huda menekuti profesinya itu, ia sebenarnya cukup senang dengan pekerjaannya itu, tetapi ia memutuskan untuk mandiri karena uang yang ia kumpulkan selama bekerja puluhan tahun sudah cukup untuk membuka usaha sendiri.

Suatu saat ia datang kepada Bos-nya, sebut saja Rofiq. Bosnya itu begitu menyayangi Huda. “assalamu’alaikum...” sambil mengetuk pintu ruangan Bos-nya, kalimat itu diucapkan....”oh...huda...walaikum salam, silakan masuk...duduk sini....” kata Pak Rofiq kepada Huda, mereka duduk berdampingan,tidak ada perbedaan antara Bos dan Anak Buah.

“ada apa Huda...”tanya pak Rofiq. Begini pak,mohon maaf sebelumnya, saya sangat mencintai bapak, saya sangat sayang perusahaan ini, tapi saya sudah tua pak, saya mau mandiri saja, insy”allah gaji dan bonus-bonus dari bapak selama bertahun-tahun ini sudah cukup untuk modal mandiri, sehingga saya mohon izin untuk keluar dari perusahaan bapak ini” terang Huda pada Rofiq. Seketika itu juga Rofiq hanya terdiam. Kemudian ia lantas berkata “oke pak Huda...saya sebenarnya berat untuk melepaskan bapak, saya masih butuh bapak untuk memajukan perusahaan ini, tetapi perkenankan saya sebelum bapak keluar dari perusahaan ini, tolong buatkan saya satu rumah dulu”

Ah.......gimana pak Rofiq ini, saya mau keluar malah dibebani untuk membuat rumah.... dengan menarik nafas panjang ia berguman seperti diatas. Kemudian Huda bilang. “oke pak kalau itu syarat dari bapak agar saya bisa keluar dari perusahaan ini, kapan saya mulai. Tanya Huda. “segera pak...sebab rumah itu akan segera di tempati oleh orangnya”. Terang Rofiq pada Huda.

Besoknya Huda sudah mulai bekerja, tetapi pekerjaannya tak seperti biasanya. Ia selalu berkeluh kesah, dan selalu bercerita pada pekerja yang lain. “gimana pak Rofiq ini, saya mau berhenti bekerja, tidak diberi hadiah apa-apa, padahal saya karyawan teladan malah saya di suruh bekerja membuat rumah” ia selalu mengerutu seperti itu terus. Hingga pekerjaan rumahnya asal-asalan, ia pilihkan kayu-kayu yang tak berkualitas, ia pilihkan bata-bata yang tak kuat, ia buat senak-nya rumah itu. Hingga suatu saat rumah itupun jadi. Lalu ia menyerahkan kunci rumah itu pada pak Rofik.

“pak Huda, terimakasih ya, telah membuatkan rumah sebagai pekerjaan terakhir bapak di perusahaan ini, tapi saya minta satu lagi pak ya...besok pagi jam 8 kita semua karyawan akan melepas dan pisah kenang dengan bapak, sehingga bapak dan keluarga harus datang tepat waktu ya” kata Pak Rofiq pada pak Huda. “iya pak...., kami akan datang” dengan suara agak dongkol ia katakan itu pada pak Rofiq.
Tiba hari itu, jam 8. Semua karyawan, Pak Rofiq dan Pak Huda beserta keluarganya berkumpul. Pak Rofiq berbicara, “semua karyawan-ku yang saya bangakan, hari ini kita kehilangan sosok pekerja yang luar biasa yaitu pak Huda, karena ia akan meningalkan perusahaan ini, saya tidak bisa memberikan apa-apa selain kunci rumah ini, rumah yang telah dibangun pak Huda pada akhir kerjanya”.

Tersentak seketika hati Huda,”subhanallah...ternyata rumah itu rumah hadiah untuk-ku, kalau mengerti seperti itu akan ku buat seindahnya rumah itu, akan ku pilihkan bahan-bahan yang baik untuk rumah itu”....Huda baru menyadari apa yang terjadi.

Hikmah.

Teman.

Semua pekerjaan yang kita kerjakan terlepas itu untuk kita atau untuk siapa, kembalinya akan pada kita juga. Jerih payah kita dalam bekerja tak akan pernah sia-sia, maka satu kunci jawabannya yaitu iklas. Bila kita bekerja secara ikhlas, maka kita akan mampu menorek prestasi yang luar biasa pada setiap pekerjaan kita. Namun bila hati kita sudah diliputi ketidak ikhlasan maka hasilnya pun tak akan sempurna.

Kisah dari Muazar Habibi, materi pelatihan Menguatkan Keikhlasan

Senin, 02 Mei 2011

Mendiknas Bantah Rohis Sekolah Jadi Pintu Masuk Terorisme

Jakarta - Mendiknas Mohammad Nuh membantah analisis jika kelompok Rohani Islam (Rohis) yang diadakan di sekolah-sekolah tingkat menengah menjadi pintu masuk terorisme. Sejauh pengamatan Nuh, kegiatan Rohis sangat positif dalam mengajarkan nilai-nilai keislaman di kalangan siswa.

Ia meminta agar pandangan terorisme tidak melebar kemana-mana. Sebaiknya para pakar berkumpul untuk mendefinisikan apa itu terorisme. Sebab, saat ini istilah terorisme telah bergeser.

"Jadi kalau kegiatan Rohis itu adalah kegiatan yang sejak dulu ada. Apakah itu kelompok radikalisasi? Tidak harus. Yang dimaksudkan radikalisasi itu melihat orang lain yang tidak sealiran atau sefaham itu kafir," ujarnya saat ditemui di Kantor Kemendiknas Jakarta, Kamis (21/4/2011).

Ia menjelaskan, sampai sekarang Rohis masih mengajarkan siswa-siswi di sekolah menengah atas (SMA) kepada sikap toleransi dan pluralisme. Karena itu, para pakar harus hati-hati menyimpulkan jika rohis menjadi pintu masuk dari akar kekerasan berlatarbelakang agama.

"Rohis itu mengajarkan anak untuk tetap toleran, sopan, santun, dan hormat pada tetangga, itu kan baik. Tapi, kalau buku saya harus baca dulu belum berani mengambil kesimpulan.

Sebelumnya, pakar terorisme Sidney Jones mengatakan, gerakan teroris saat ini makin merajalela. Gerakan mereka bahkan tumbuh lewat studi-studi kajian islam di kalangan pemuda,seperti rohis atau yang lebih di kenal dengan rohani islam di sekolah menengah atas.

"Rohis pada umumnya sangat baik tapi di beberapa daerah bisa jadi poin masuk untuk terori” ujarnya. "Untuk mengatasi teroris tidak bisa hanya mengandalkan aparat saja, disini Kepala sekolah juga harus berperan untuk mematikan bibit bibit teroris di sekolah," katanya.

Sidney juga menyarankan dan mengusulkan agar pemerintah melibatkan semua kaum ibu karena merekalah yang lebih mengerti dan mengetahui perilaku dan kegiatan anaknya. (mko/krt)

sumber: http://today.co.id/read/2011/04/22/26780/mendiknas_bantah_rohis_jadi_pintu_masuk_terorisme

Isu Radikalisme dan Efek Buruknya pada Rohis Sekolah

Berbagai tindakan kelompok radikal terus menyerang Indonesia. Seperti serangan bom yang menyerang Indonesia secara intensitas begitu banyak akhir-akhir ini. Dari mulai bom buku yang berskala kecil dan hanya menimbulkan efek ketakutan, hingga bom bunuh diri yang berskala besar seperti yang terjadi di Masjid Malporesta Cirebon saat sholat jumat (15/04).
Lalu kasus yang kedua adalah pengkaderisasian Negara Islam Indonesia (NII) KW 9 dengan cara melakukan pencucian otak. Puluhan orang yang telah menjadi korbannya mengaku didoktrin untuk taat kepada pemimpin mereka dan mematuhi apa saja yang diperintahkan kepada mereka. Para korban NII KW 9 kerap menjadi sapi perah bagi gerakan mereka (NII). Tak urung setiap mereka yang telah bergabung dengan NII diwajibkan menyetorkan sejumlah uang sebagai bukti ketaatan pada amir. NII pun menghalalkan segala cara untuk memperoleh dana, termasuk melalui indoktrinasi lewat hipnotis.
Kedua kasus di atas akhirnya banyak menimbulkan Pro dan Kontra di kalangan orang awam maupun para ahli. Berbagai statement dikeluarkan, dari mulai yang hanya bersifat dugaan hingga yang ilmiah. Media-media pun memfasilitasi ajang pro kontra tersebut. Hampir semua media cetak maupun elektronik tidak ada yang absen membahas tentang ini.
Rohis tempat subur radikalisasi???
Tapi di balik kasus pro kontra tersebut, yang perlu dicermati adalah masalah pembentukan opini publik yang menyebutkan bahwa gerakan keislaman radikal ini digerakkan oleh banyak kaum muda. Atau juga kasus terungkapnya kader NII yang kebanyakan pelajar dan mahasiswa ini.
Sorotan publik pun berarah ke kegiatan keislaman di lingkungan sekolah seperti ekstrakulikuler Kerohanian Islam (Rohis). Ekstrakulikuler yang bergerak dalam bidang pembinaan keislaman pelajar ini ditengarai menjadi sarana perekrutan kelompok radikal.
Hal ini pun didukung oleh pernyataan beberapa pakar, seperti pernyataan Azyumardi Azra, guru besar UIN Syarif Hidayatullah yang memperingatkan pengelola pendidikan untuk mewaspadai kegiatan ekstra kurikuler keagamaan yang dikelola siswa serta kegiatan di masjid-masjid sekolah. Kedua kegiatan tersebut ditengarai sebagai salah satu pintu masuk paham pendukung kekerasan yang disusupkan pada anak-anak.
Atau pernyataan Sidney Jones, pakar terorisme internasional yang mengatakan kegiatan di lembaga Rohis bisa menjadi pintu masuk virus terorisme karena itu pemerintah harus mengawasi jaringan terorisme masuk ke wilayah SMP atau SMA melalui kegiatan di lembaga tersebut.
Sidney juga menyebut kini gerakkan teroris sudah bisa dikatakan gerakan yang sangat kuat, gerakkan teroris juga bisa tumbuh lewat studi-studi kajian islam di kalangan pemuda,seperti rohis di sekolah menengah atas.
Ketakutan ini juga berujung dari beberapa pernyataan pihak pemerintah. Sebagai contoh pernyataan Menteri Agama, Suryadharma Ali yang dimintai Wakil Presiden Budiono untuk meningkatkan kulitas program keagamaan sekolah untuk menangkal gerakan radikal. (26/04)
Teror Sesungguhnya Terhadap Rohis
Karena ketakutan berlebih yang disebabkan dugaan sementara dan pengambilan opini secara parsial mengenai Rohis banyak pihak yang akhirnya mulai antipati dengan Rohis, termasuk masyarakat. Masyarakat kini sebagian besar bisa dikatakan termakan opini tadi. Sehingga terkadang masyarakat juga ikut ketakutan dan melarang anaknya untuk mengikuti rohis.
Jelas ini sangat memprihatinkan. Karena bagaimana pun, Rohis jika dilihat dari konsep pembentukannya, justru salah satunya bertujuan untuk membendung gerakan radikal ini. Rohis menanamkan perbaikan moral para pelajar dengan pemberian pemahaman keagamaan yang benar. Lalu, pembentukan karakter kepribadian pelajar juga dibentuk di Rohis dengan pemberian alternatif kegiatan keorganisasian.
Seperti yang dikutip dari salah satu alumnus Pondok Pesantren Modern Gontor yang juga anggota komisi I DPR RI, Hidayat Nur Wahid, bahwa sesungguhnya pernyataan dan opini tersebut adalah teror bagi Rohis.
Kita pun juga harusnya sepakat dengan apa yang dikatakan Mentri Pendidikan Nasional saat ini, M Nuh yang menjelaskan bahwa sampai sekarang Rohis masih mengajarkan siswa-siswi di sekolah menengah atas (SMA) kepada sikap toleransi dan pluralitas Karena itu, ia meminta para pakar harus hati-hati menyimpulkan jika rohis menjadi pintu masuk dari akar kekerasan berlatarbelakang agama.
Perbaikan Citra Rohis
Harus ada kejelasan sikap di sini, di mana jangan sampai kebanyakan masyarakat tergeser opininya, yang dulunya menganggap Rohis adalah tempat para pelajar baik-baik yang mempelajari agama menjadi tempat para pelajar yang dibina untuk radikalisasi.
Para pakar dan pemerintah harusnya yang mampu meluruskan opini ini dan mengembalikan citra Rohis di mata masyarakat. Jangan sampai memberikan pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan kondisi lapangan.
Rohis yang merupakan satu-satunya ekstrakulikuler yang mengajarkan agama islam haruslah ditanggapi positif oleh berbagai pihak. Jangan malah Rohis dianggap macam-macam sehingga nantinya Rohis tidak mampu berkembang dan memiliki kinerja yang baik dalam memperbaiki moral dan keilmuan pelajar di bidang keagamaan.
Rohis juga harusnya malah menjadi ‘alat’ untuk mampu membendung radikalisme itu sendiri. Tapi, tidak dengan cara pengaturan yang berlebih, melainkan dengan pengawasan yang berimbang.
Elam Sanurihim Ayatuna; Penulis adalah Ketua Divisi Operasional Forum Silaturahim Rohis (FORTRIS) Jakarta dan sekitarnya. Masih aktif bersekolah di SMA N 112 kelas XII. Pernah menjadi Ketua Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia (KAPMI) Daerah Jakarta Barat dan Ketua Rohis SMA N 112.

Sumber : www.eramuslim.com
Powered By Blogger
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...