Iqro Club Mataram, The New Moslem Generation
iqro club kota mataram. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh, Selamat Membaca Artikel IC Mataram

Kamis, 17 Maret 2011

Masalah Toleransi dalam Islam

Semua orang tahu bahwa agama Islam adalah agama yang paling toleran terhadap pemeluk agama dan kepercayaan lain. Seseorang tidak boleh dipaksa masuk ke dalam agama Islam, bila dia tidak mau. Dalam sejarah belum pernah terjadi, ada orang masuk Islam karena dipaksa, diancam atau diintimidasi. Sebab dalam pandangan Islam, setiap orang wajib dihormati kebebasannya dalam menentukan jalan hidupnya.

Bahkan seorang Abu Thalib yang merupakan paman nabi Muhammad SAW sendiri, tidak bisa dipaksa masuk Islam. Padahal dia telah mengasuh, mendidik, melindungi dan membesarkan seorang nabi. Sejarah mencatat bahwa Abu Thalib mati dalam agama yang bukan Islam. Sementara Rasulullah SAW hanya mampu menghimbau, berharap dan meminta, namun keputusan akhir sepenuhnya di tangan Abu Thalib. Kalau Rasulullah SAW yang seorang nabi saja, tidak bisa memaksa masuk Islam pamannya sendiri, apatah lagi dengan kita ini.

Maka Islam dikenal oleh peradaban manusia sebagai agama yang mempelopori toleransi dan kebebasan memilih agama. Bahkan boleh jadi satu-satunya agama yang masih setia menerapkan prinsip toleransi kepada pemeluk agama lain.

Tidak ada paksaan untuk agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 256)

Namun hakikat ini sering kali disalah mengerti oleh sebagian orang. Sehingga makna toleransi memilih agama kemudian dicampur aduk dengan kebebasan menafsirkan dan merumuskan Islam, meski pemahaman yang bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Padahal keduanya bertolak belakang. Merumuskan Islam dengan doktrin yang bertentangan dengan Qur'an dan Sunnah, sama saja dengan merusak kesucian Islam itu sendiri. Kalau seseorang memilih untuk tidak masuk Islam, tentu 100% dia berhak bersikap demikian. Namun kalau orang sudah menyatakan diri untuk masuk agama Islam, maka otomatis dia terikat dengan semua aturan yang telah ditetapkan Islam.

Kita bisa ambil contoh sederhana. Setiap rakyat sipil tidak boleh diperlakukan secara militer, tidak boleh dipaksa berbaris, keluar masuk hutan dan taat pada komandan. Namun bila ada seorang dari rakyat masuk menjadi tentara, secara otomatis dia terikat dengan aturan-aturan yang ada di dalam dunia militer itu. Dia tidak boleh bermalas-malasan setelah menjadi tentara dengan alasan hak asasi dan kebebasan berekspresi. Kalau ada seorang tentara menyatakan diri bahwa dia tidak terikat dengan aturan yang ada di dalam kesatuannya, lalu membuat sendiri aturan militer sesuai dengan seleranya sendiri, maka wajar bila dia dianggap melakukan desersi lalu dipecat dari kemiliteran.

Kalau anda jalan-jalan ke Singapura, anda tentu terikat dengan aturan yang berlaku di negara itu. Bahkan meski pun anda hanya berkunjung sebagai turis tanpa pindah kewarganegaraan. Jangan sekali-kali gaya hidup di Indonesia anda lakukan disana. Kalau anda buang sampah sembarangan di jalan, jangan kaget kalau anda akan didenda sangat tinggi. Dan jangan coba-coba tertangkap membawa narkotika, karena anda bisa saja dihukum berat. Saat itu, anda tidak bisa berdalih bahwa Singapura tidak memberikan toleransi dan kebebasan berekspresi kepada turis asing. Sebab yang namanya peraturan adalah peraturan, siapapun yang masuk Singapura harus tahu adanya peraturan itu dan kalau tidak mau tunduk pada peraturan yang berlaku, jangan coba-coba masuk ke Singapura. Namun kalau anda buang sampah sembarangan di luar Singapura meski hanya 1 meter di luar perbatasan, silahkan saja lakukan. Yang penting anda tidak melakukannya di dalam wilayah hukum negara itu.

Demikian juga dengan Islam. Siapa pun boleh melakukan apa saja sekehendak hatinya. Mau menyembah patung, berhala, arca, keramat, yesus, kayu salib dan sebagainya, silahkan saja. Tidak mau melakukan shalat, puasa, zakat dan haji, silahkan saja. Mau telanjang, berzina dengan hewan, seks sejenis, minum khamar, judi, sabung ayam dan sebagainya, silahkan saja. Asalkan semua itu dilakukan bukan sebagai muslim. Dan jangan sekali-kali semua perbuatan kotor itu dipaksa masuk sebagai bagian dari ajaran Islam.

Maksudnya jangan sekali-kali ada seorang yang mengaku sebagai muslim mengajarkan atau membolehkan semua perkerjaan kotor dan mengatakan bahwa semua itu dibenarkan dalam Islam, dengan alasan bahwa Islam adalah agama yang toleran. Kalau demikian, maka apa beda Islam dengan tong sampah? Nanti siapapun akan datang dengan sampah dan kotoran lalu dikatakan sebagai bagian dari Islam. Islam bukan agama tong sampah.

Islam adalah sebuah paket ajaran yang terlindung dari segala hal yang dibuat-buat oleh manusia. Islam adalah wahyu suci yang turun dari Allah. Tidak ada seorang pun yang berhak menafsirkannya kecuali Rasulullah SAW, karena beliau memang 'petugas' yang resmi utusan dari Allah. Tugas beliau adalah menjelaskan detail ajaran yang turun dari langit itu. Semua tafsiran, pemahaman dan persepsi tentang Islam harus bersumber dan merujuk dari mulutnya. Bukan dari otak manusia atau imajinasi para aktifis liberalisme sesat itu.

Kalau para aktifis liberal itu ingin berekspresi dengan sebebas-bebasnya dan memenuhi seleranya sendiri, silahkan saja membuat agama sendiri. Buatlah kitab suci sendiri, pilihlah nabi sendiri di antara mereka, kalau perlu lewat pemilu. Susunlah buku fiqih sendiri yang independen memenuhi syahwat mereka. Dan jangan lupa untuk membeli sebidang tanah untuk dijadikan tanah suci serta aturlah waktu haji yang paling menguntungkan.

Tapi jangan sebut agama baru itu sebagai Islam. Sebut saja itu agama A atau agama B atau agama C. Terserah mau dinamakan apa saja, asal bukan Islam. Sebab nama Islam sudah ada yang punya plus sudah ada hak patennya, jangan sekali-kali membuat barang palsu lalu diberi label Islam. Ini adalah penipuan dan tindakan kriminal.

Wallahu a'lam bish-shawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Ustadz Ahmad Sarwat, Lc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkatalah Yang Baik Atau Diam.

Powered By Blogger
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...