Siapakah orang yang bangkrut?" tanya Rasulullah di hadapan para sahabat. Para sahabat menjawab, "Mereka adalah orang yang tak mempunyai uang dan perhiasan." "Bukan," timpal Rasulullah. Beliau kemudian melanjutkan, "Orang yang bangkrut di antara umat ku adalah yang datang pada hari kiamat dengan puasanya, shalatnya dan zakatnya. Dia datang dan pernah menghina kehormatan si fulan, menuduh fulan dan memakan harta fulan. Maka diambillah untuk menebus kesalahan itu dari kebaikannya. Jika kebaikannya telah habis sebelum menyelesaikan tanggunan kesalahannya, diambilah dari kesalahan orang (yang dizaliminya) itu dan dilemparkan kepadanya, kemudian akhirnya ia dimasukkan ke dalam neraka." (HR. Muslim)
Apa yang Anda tangkap dari perbincangan antara Rasulullah dengan para sahabatnya di atas? Pertama kali, kita pasti memperoleh informasi yang bertolak belakang dengan apa yang saat ini beredar dan banyak diyakini oleh masyarakat, bahkan mungkin oleh kita sendiri. Neraca untung rugi dalam hadits di atas, dijelaskan oleh Rasulullah bukan bertolak dari hitung-hitungan materialistik. Bukan diukur dari timbangan harta duniawi. Bukan juga ditimbang melalui keberhasilan yang dicapai dalam berniaga di dunia. Rasul membuka cakrawala pandangan para sahabatnya, tentu saja kita juga sebagai umatnya, agar segala kesuksesan dan kegagalan, keuntungan dan kerugian, keberhasilan dan keterpurukan, kesuksesan dan kebangkrutan, diukur dari kehidupan hakiki atau kaca mata ukhrawi.
Awalnya, para sahabatpun memandang pertanyaan Rasulullah saw tentang kebangkrutan dari aspek kehidupan dunia. Makannya mereka menjawab bahwa orang yang bangkrut itu adalah orang yang tak memiliki harta benda, uang maupun perhiasan. Tapi ternyata Rasulullah menjabarkan sudut pandang yang lain. Kehidupan di dunia, bagaimanapun hanya terminal sementara. Ia berada di antara terminal rahim dan terminal alam barzakh. Tujuan akhir kehidupan manusia sesungguhnya adalah kehidupan akhirat. Di sanalah segala prestasi akan dilihat, berhasil atau gagal, untung atau rugi.
Yang mengkristal dan mendarah daging dalam pikiran manusia saat ini ternyata juga hinggap dalam pikiran para sahabat. Namun setelah penjelasan Rasulullah itu mereka segera sadar akan hakikat kerugian dan mereka segera meraih keuntungan dengan iman dan amal shalih. Bagaimana kebangkrutan orang yang mulanya memiliki modal amal yang banyak, namun akhirnya habis termakan oleh dosa-dosanya? Bagaimana orang yang menyangka telah membawa bekal keshalihan yang banyak, harus lumat oleh kesalahannya sendiri. Bahkan ia justru memperoleh kehidupan yang penuh kesengsaraan.
Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari hadits ini. Bahwa tak ada satupun di antara kita yang layak bangga atas prestasi kebaikan yang telah kita ukir di dunia. Sebab bukan mustahil, kebaikan-kebaikan itu akan termakan oleh kesalahan dan dosa kita yang lain. Dan karenanya, kita harus selalu berusaha menekan kadar kesalahan dan dosa yang kita lakukan, sambil terus menanam kebaikan.
Pelajaran lainnya, itulah ajaran Islam tentang untung dan rugi. Bisa saja, mereka yang merugi di dunia adalah para konglomerat sukses atau para hartawan. Tapi di akhirat mereka benar-benar merugi, karena akan menjalani siksaan karena dosa-dosanya. Allah swt berfirman, "Dan barangsiapa yang ringan timbangan -kebaikannya- maka mereka adalah orang-orang yang merugi, jiwa mereka dalam neraka jahannam dengan kekal." (QS. Ghafir : 103)
Sementara mereka yang beruntung adalahorang orang yang karena iman dan amal shalihnya dimasukkan ke dalam surga dan terhindar dari neraka. "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (QS. Al-Mu'minun : 1)
Mereka yang beruntung juga mereka yang menyerahkan jiwa raga serta hartanya keapda (jalan) Allah, untuk ditukar dengan surga. "Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aAku tunjukkan suatu perniagaan yang dapa t menyelamatkan kamu dari Azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jaalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Ash-Shaff : 10-11)
Dalam ayat lain, Allah swt berfirman, "Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (QS. At-Taubah : 111)
Selamat berniaga …. (na)
sumber : eramuslim
Minggu, 23 Januari 2011
Untung Rugi dalam Neraca Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkatalah Yang Baik Atau Diam.